Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya dan sejarah. Banyak peninggalan-peninggalan berharga dari masa lalu yang masih bisa kita nikmati hingga saat ini.
Beberapa di antaranya bahkan telah diakui oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Budaya Dunia, yaitu tempat-tempat yang memiliki nilai universal luar biasa bagi kemanusiaan dan harus dilestarikan untuk generasi mendatang.
Situs Warisan Budaya Dunia di Indonesia tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, hingga Sumatra Barat. Masing-masing situs memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri yang mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah bangsa Indonesia. Berikut adalah lima situs warisan budaya dunia di Indonesia yang wajib diketahui dan dikunjungi:
1. Kompleks Candi Borobudur
Kompleks Candi Borobudur adalah salah satu monumen Buddha terbesar di dunia, yang dibangun pada abad ke-8 dan ke-9 Masehi oleh Wangsa Syailendra. Candi ini terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan memiliki luas 123 x 123 meter persegi. Candi ini terdiri dari 504 patung Buddha, 72 stupa terawang, dan satu stupa pusat atau induk. Candi ini juga memiliki 2.672 panel relief yang menggambarkan ajaran Buddha Mahayana.
Kompleks Candi Borobudur dibangun dengan konsep kosmologi Buddha, yang membagi alam semesta menjadi tiga bidang, yaitu kamadhatu (dunia fenomenal), rapadhatu (dunia peralihan), dan arupadhatu (dunia tanpa bentuk). Setiap bidang ini dilambangkan oleh tingkatan-tingkatan candi yang berbentuk punden berundak. Setiap tingkatan candi juga melambangkan tahapan kehidupan manusia untuk mencapai kesempurnaan sebagai Buddha.
Kompleks Candi Borobudur ditetapkan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991 dengan tiga kriteria:
- Bentuk bangunan candi yang unik dan megah, berupa piramida tanpa atap yang terdiri dari sepuluh tingkat dan bermahkotakan sebuah kubah.
- Contoh seni dari arsitektur Indonesia dari masa awal abad ke-8 hingga akhir abad ke-9.
- Bentuk candi yang berupa teratai, bunga yang disucikan oleh umat Buddha.
2. Kompleks Candi Prambanan
Kompleks Candi Prambanan adalah salah satu kompleks candi Hindu terbesar di Asia Tenggara, yang dibangun pada abad ke-9 Masehi oleh Wangsa Sanjaya. Candi ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Sleman, Yogyakarta, dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dan memiliki luas sekitar 39 hektar. Candi ini terdiri dari 240 candi perwara (pendamping) dan tiga candi utama yang didedikasikan untuk Trimurti, yaitu Dewa Brahma (pencipta), Dewa Wisnu (pemelihara), dan Dewa Siwa (penghancur).
Kompleks Candi Prambanan dibangun dengan konsep arsitektur Hindu, yang membagi alam semesta menjadi tiga bagian, yaitu bhurloka (dunia bawah), bhuwarloka (dunia tengah), dan swarloka (dunia atas). Setiap bagian ini dilambangkan oleh halaman-halaman candi yang berpagar batu.
Di halaman paling dalam terdapat tiga candi utama yang menghadap ke timur, yaitu Candi Siwa (47 meter), Candi Wisnu (33 meter), dan Candi Brahma (33 meter). Di depan masing-masing candi utama terdapat candi persembahan yang berisi kendaraan atau wahana dari masing-masing dewa, yaitu Nandi (sapi) untuk Siwa, Garuda (burung) untuk Wisnu, dan Hamsa (angsa) untuk Brahma.
Kompleks Candi Prambanan juga memiliki relief-relief yang menggambarkan kisah Ramayana, sebuah wiracarita Hindu yang menceritakan perjalanan hidup Rama, seorang inkarnasi dari Dewa Wisnu. Relief-relief ini tersebar di dinding-dinding candi utama dan candi perwara. Selain itu, terdapat pula relief-relief yang menggambarkan kisah Kresnayana, yaitu kisah tentang Kresna, seorang inkarnasi lain dari Dewa Wisnu.
Kompleks Candi Prambanan ditetapkan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991 dengan dua kriteria:
- Contoh luar biasa dari seni dan arsitektur Hindu Jawa pada abad ke-8 dan ke-9.
- Salah satu monumen terpenting di Asia Tenggara yang menunjukkan pengaruh India di wilayah tersebut.
3. Situs Manusia Purba Sangiran
Situs Manusia Purba Sangiran adalah salah satu situs paleoantropologi terpenting di dunia, yang terletak di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Situs ini memiliki luas sekitar 56 km persegi dan berisi fosil-fosil manusia purba dan hewan purba yang berasal dari 1,5 juta tahun lalu hingga 300.000 tahun lalu2. Situs ini juga merupakan tempat penemuan fosil Pithecanthropus erectus atau Homo erectus pertama oleh Eugene Dubois pada tahun 1891.
Situs Manusia Purba Sangiran memiliki empat lapisan geologi yang berbeda, yaitu lapisan Pucangan, lapisan Kabuh, lapisan Notopuro, dan lapisan Grenzbank. Lapisan-lapisan ini menyimpan jejak-jejak kehidupan manusia purba dan hewan purba dari berbagai zaman geologi, seperti Pliosen Akhir, Pleistosen Awal, Pleistosen Tengah, dan Pleistosen Akhir. Beberapa fosil penting yang ditemukan di situs ini antara lain adalah Meganthropus palaeojavanicus, Homo erectus sangiranensis, Homo erectus soloensis, Stegodon trigonocephalus, Elephas hysudrindicus, dan Rhinoceros sondaicus.
Situs Manusia Purba Sangiran ditetapkan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 1996 dengan tiga kriteria:
- Salah satu sumber bukti terlengkap tentang evolusi manusia selama 1,5 juta tahun.
- Salah satu tempat penemuan fosil manusia purba tertua di dunia.
- Salah satu tempat penemuan fosil hewan purba terbesar dan terlengkap di Asia Tenggara Pesan yang diterima.Kompleks Candi Prambanan dibangun dengan konsep arsitektur Hindu, yang membagi alam semesta menjadi tiga bagian, yaitu bhurloka (dunia bawah), bhuwarloka (dunia tengah), dan swarloka (dunia atas). Setiap bagian ini dilambangkan oleh halaman-halaman candi yang berpagar batu. Di halaman paling dalam terdapat tiga candi utama yang menghadap ke timur, yaitu Candi Siwa (47 meter), Candi Wisnu (33 meter), dan Candi Brahma (33 meter). Di depan masing-masing candi utama terdapat candi persembahan yang berisi kendaraan atau wahana dari masing-masing dewa, yaitu Nandi (sapi) untuk Siwa, Garuda (burung) untuk Wisnu, dan Hamsa (angsa) untuk Brahma.
Kompleks Candi Prambanan juga memiliki relief-relief yang menggambarkan kisah Ramayana, sebuah wiracarita Hindu yang menceritakan perjalanan hidup Rama, seorang inkarnasi dari Dewa Wisnu. Relief-relief ini tersebar di dinding-dinding candi utama dan candi perwara. Selain itu, terdapat pula relief-relief yang menggambarkan kisah Kresnayana, yaitu kisah tentang Kresna, seorang inkarnasi lain dari Dewa Wisnu.
Kompleks Candi Prambanan ditetapkan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991 dengan dua kriteria:
- Contoh luar biasa dari seni dan arsitektur Hindu Jawa pada abad ke-8 dan ke-9.
- Salah satu monumen terpenting di Asia Tenggara yang menunjukkan pengaruh India di wilayah tersebut.
3. Situs Manusia Purba Sangiran
Situs Manusia Purba Sangiran adalah salah satu situs paleoantropologi terpenting di dunia, yang terletak di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Situs ini memiliki luas sekitar 56 km persegi dan berisi fosil-fosil manusia purba dan hewan purba yang berasal dari 1,5 juta tahun lalu hingga 300.000 tahun lalu. Situs ini juga merupakan tempat penemuan fosil Pithecanthropus erectus atau Homo erectus pertama oleh Eugene Dubois pada tahun 1891.
Situs Manusia Purba Sangiran memiliki empat lapisan geologi yang berbeda, yaitu lapisan Pucangan, lapisan Kabuh, lapisan Notopuro, dan lapisan Grenzbank. Lapisan-lapisan ini menyimpan jejak-jejak kehidupan manusia purba dan hewan purba dari berbagai zaman geologi, seperti Pliosen Akhir, Pleistosen Awal, Pleistosen Tengah, dan Pleistosen Akhir. Beberapa fosil penting yang ditemukan di situs ini antara lain adalah Meganthropus palaeojavanicus, Homo erectus sangiranensis, Homo erectus soloensis, Stegodon trigonocephalus, Elephas hysudrindicus, dan Rhinoceros sondaicus.
Situs Manusia Purba Sangiran ditetapkan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 1996 dengan tiga kriteria:
- Salah satu sumber bukti terlengkap tentang evolusi manusia selama 1,5 juta tahun.
- Salah satu tempat penemuan fosil manusia purba tertua di dunia.
- Salah satu tempat penemuan fosil hewan purba terbesar dan terlengkap di Asia Tenggara
4. Sistem Subak Bali
Sistem Subak Bali adalah sistem pengelolaan air irigasi untuk pertanian lahan basah, khususnya padi, yang berdasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, keterbukaan, harmoni, dan kebersamaan. Sistem ini diatur oleh sebuah organisasi sosial dan keagamaan yang disebut subak, yang dipimpin oleh seorang pekaseh (kepala subak) dan dibantu oleh beberapa petugas lainnya. Sistem subak mencerminkan budaya dan filosofi Bali yang berbasis pada konsep Tri Hita Karana, yaitu tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraan, yaitu parhyangan (hubungan harmonis antara manusia dan Tuhan), pawongan (hubungan harmonis antara manusia dan sesama manusia), dan palemahan (hubungan harmonis antara manusia dan alam).
Sistem Subak Bali tersebar di seluruh pulau Bali, dengan jumlah subak yang mencapai lebih dari 1.000 buah. Setiap subak memiliki wilayah kerja yang disebut sawah subak, yang terdiri dari beberapa sawah milik anggota subak. Setiap sawah subak memiliki sumber air irigasi yang berasal dari mata air, sungai, atau waduk. Air irigasi ini dialirkan melalui saluran-saluran yang disebut tukad atau anak tukad. Setiap sawah subak juga memiliki sebuah pura atau tempat suci yang disebut Pura Ulun Carik atau Pura Bedugul, yang digunakan untuk melakukan upacara-upacara keagamaan yang berkaitan dengan pertanian.
Sistem Subak Bali ditetapkan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 2012 dengan tiga kriteria:
- Salah satu contoh dari sistem pengairan tradisional yang demokratis dan egaliter yang telah memungkinkan orang Bali menjadi petani padi paling produktif di nusantara.
- Salah satu manifestasi dari filosofi Tri Hita Karana yang mengintegrasikan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, dan ekologi dalam pengelolaan sumber daya alam.
- Salah satu bentuk adaptasi budaya terhadap kondisi alam dan sosial yang beragam dan dinamis di pulau Bali.
5. Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto
Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto adalah bekas tambang batubara yang terletak di Kota Sawahlunto, Sumatra Barat, Indonesia. Tambang ini dikenal sebagai tambang batubara tertua di Asia Tenggara dan satu-satunya tambang batubara bawah tanah di Indonesia. Tambang ini dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada akhir abad ke-19 dan beroperasi hingga tahun 20081. Tambang ini memiliki luas sekitar 2.500 hektar dan berisi sekitar 100 juta ton batubara.
Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Batubara di daerah ini ditemukan pertama kali oleh insinyur Belanda Willem Hendrik de Greve pada tahun 1868. Penambangan terbuka kemudian dimulai pada tahun 1892 seiring dengan rampungnya pembangunan infrastruktur pendukung berupa rel kereta api untuk mengangkut batubara dari tambang ini ke Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Selain itu, juga dibangun fasilitas-fasilitas lain seperti rumah sakit, sekolah, gereja, masjid, pasar, penjara, dan kantor pos. Tambang ini menjadi sumber pendapatan utama bagi pemerintah kolonial Belanda di Sumatra Barat.
Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto juga menjadi tempat berkembangnya pergerakan nasionalisme dan buruh di Indonesia. Banyak pekerja tambang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa, Madura, Minangkabau, Batak, Bugis, dan Cina. Mereka hidup dalam kondisi yang sulit dan sering mengalami eksploitasi dan diskriminasi dari pihak Belanda. Hal ini memicu timbulnya kesadaran untuk memperjuangkan hak-hak mereka sebagai pekerja dan sebagai bangsa. Beberapa tokoh nasionalis dan buruh yang lahir dari tambang ini antara lain adalah Sutan Sjahrir, Mohammad Hatta, Tan Malaka, Agus Salim, dan Abdul Muis.